Sabtu, 17 Juni 2017

ORANG-ORANG YANG “MALAS” MAKAN


        Bagi kebanyakan orang, makan memang salah satu surga dunia. Di mana saat makan, semua kesenangan akan makanan terpenuhi. Mememnuhi cepat mulut dengan aneka makanan-makanan. Mengenyangkan perut.
            Tapi nyatanya, ada segelintir orang yang justru tidak suka makan!
            Bagi mereka, makan hanya menghabiskan waktu. Menyita waktu yang seharusnya bisa mereka pakai untuk aktivitas lain yang lebih menguntungkan. Kerja. Bagi orang-orang sibuk ini, makan tidak lagi menjadi dewa mata dan perut.
            Bahkan dalam sebuah bacaan, ada seseorang yang ingin sekali memakai selang infuse selama 24 jam agar tidak repot-repot makan. Karena baginya, hanya buang-buang waktu saja!
         Ada juga yang berkhayal, kenapa kita harus makan? Tidak bisakah perut ini seperti perut Doraemon yang punya kantong? Bisa dibuka tutup semaunya. Alhasil tidak perlu waktu lama makan, cukup masukkan langsung lewat kantong perut yang terbuka. Beres! Kenyang! Tidak menyita waktu! Yesss!
         Di lain cerita, ada yang hanya menjadikan makan sebagai formalitas. Makan sekadar duduk bersama di meja makan. Menatap piring berisi makanan di depannya. Mengaduk lantas sedikit sekali makan untuk lantas meninggalkannya cepat. Kerja lagi. Jadi, kalau ada yang tanya, sudah makan? Sudah! Tadi sudah makan! Makan itu benar-benar hanya formalitas. Tidak ada efek kenyang.
            Dari semua khayalan dan harapan itu, ternyata ada pihak lain yang justru bersedih. Mereka tidak terbangun dalam “tidur” nyenyaknya hingga tidak mungkin makan,. Tangan mereka memang terpasang selang infuse selama 24 jam, berbulan dan bahkan bertahun.
Ada yang tidak makan seperti biasa, hanya makan lewat saluran makan yang dibuat tim medis melewati hidung, menjalar di kerongkongan untuk bisa masuk ke lambungnya secara instan. Sementara yang duduk di depan piring makan tapi tidak makan, juga banyak.
            Tapi, mereka bukan melakukan karena ingin!
            Itu semua karena keadaan!
            Selang infuse yang terpasang 24 jam berbulan dan bertahun itu tidak lain karena penderitanya koma. Tidak juga bangun dari tidur nyenyaknya, Lantas bagaimana bisa makan? Yang makan dengan selang lewat hidung itu, mereka menderita korosi di lambung, tidak bisa menerima makanan dengan cara normal. Selalu saja mual bahkan lebih dari itu jika makan dengan cara bisa. Dan yang duduk di depan pirin makan tapi tidak makan, mereka tidak punya apa-apa untuk di makan.
            Ironis dan miris sekali bukan? Ada dua pihak bersebrangan! Itulah, bersyukur bersyukur bersyukur tanpa kufur! Makanlah sewajarnya selagi bisa. Makanlah, nikmati selagi bisa!
            Makanlah tanpa rakus. Sekadarnya saja, secukupnya. Karena, makan yang paling baik bagi seorang muslim adalah sekadar menegakkan tulang rusuk. Berhenti sebelum kenyang dan makan sebelum lapar. Cukup. Tidak berlebih. Agar bisa ibadah, bisa aktivitas seperti biasa dengan prima kembali.

Bukankah Allah lebih menyukai hamba-Nya yang perkasa dari pada yang lemah?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar