Jumat, 08 September 2017

9949-SBY Ultah


“Aku suka sama Audy. Yang nyanyi lagu ‘Menangis Semalam’, kamu tahu?” tanya seorang teman waktu itu.
Tapi saya cuma diam karena memang tidak tahu. Sempat minder karena dia tahu, sedang saya tidak tahu. Hehehe. Seolah teman saya itu membelalakkan mata ke saya dan bilang, “Kamu nggak tahu, Des?”
Kenapa saat itu saya khawatir ya? Dipikir-pikir sekarang, apa pentingnya tahu atau tidak tahu seorang penyanyi. Apalagi waktu itu masih berseragam putih merah, kelas 6 SD. Tapi, lantaran malu merasa tidak tahu dan tidak punya sosok yang diidolakan seperti dia, saya ambil sikap.
Iseng campur penasaran, saya nonton TV. Tujuannya, mencari “Audy”! Beberapa lama nonton, saya belum nemu juga yang namanya Audy, tapi nemu Pak SBY. Tahun itu adalah tahun pertama pemilu langsung oleh rakyat, ya di tahun 2004.
Dengan pakaian warna khas partainya, lengkap dengan rompi tanpa lengan (saya ingat betul itu), Pak SBY bersenandung (baca: kampanye) dengan tajuk “Bersama Kita Bisa”. Tanpa sadar, saya ikuti lagunya sampai habis bahkan sampai hafal hingga sekarang ). Duet beliau bersama Pak JK saat itu sukses membuat saya bulat memutuskan nge-fans dengan Pak SBY. Hoho.
Seorang sahabat bahkan sempat kaget begitu saya bilang nge-fansnya sama Pak SBY. Karena setahu dia, warna partai yang saya fanatikkan bukan partai berwarna biru. (Dari kecil saya memang kenal dengan hal-hal begitu, meski belum punya hak pilih, jauuuuh umurnya. Ini bagian dari pendidikan politik sejak dini). Sekarang, saya pengen tepok jidat. Bagaimana bisa sahabat saya hafal mati partai kesukaan saya. Wkwk.
Dulu saya memang fanatik dengan partai warna X itu. Dulu. Tapi waktu, tidak pernah mengikrarkan saya untuk setia dengan partai itu. Haluan berubah.
Lanjut ke bangku SMP, sebagai tugas bahasa Indonesia, sosok Pak SBY lagi-lagi saya pilih sebagai idola. Disaat teman-teman lain nge-fansnya dengan Alissya Soebandoeno, Nia Ramadhani, dkk. Hoho.
Alhasil sampai saat ini ada rasa kagum tersendiri melihat sosok purnawirawan TNI tersebut. Gaya bicaranya yang berwibawa, sikap cakapnya dalam berpidato, lantangnya suara. Itu yang saya pelajari diam-diam.
Meski dalam perjalanannya, tentu saya bukan fans buta. Beberapa kali saya bahkan ingin menutup wajah dan bilang “Shame on You” pada Pak SBY atas keraguan-raguannya dalam mengambil beberapa keputusan penting saat itu.
Tapi meski bagaimana pun, terima kasih karena Pak SBY sudah menjadi nahkoda di kapal Indonesia selama sepuluh tahun.
Dan terima kasih juga sudah menciptakan lagu penyemangat untuk kaum-kaum yang terus yakin dengan pilihan jalannya sendiri “Kuyakin Sampai Di sana”.
Sekali lagi, selamat milad Pak SBY. Semoga umurnya berkah.
#Desti_Annor SB-NTB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar